Harga daging sapi dan ayam yang mengalami kenaikan beberapa hari terakhir, ternyata berpengaruh positif kepada tingkat konsumsi ikan air tawar. Di Pasar Soreang, harga ikan mas saat ini mencapai Rp 25.000 per kg, sebelumnya Rp 22.000. Sedangkan ikan nila Rp 21.000 per kg. Namun untuk jenis ikan nila dan lele masih jarang dijual di Pasar Soreang.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bandung, Diar Hadi Gusdinar menuturkan, masyarakat banyak yang beralih mengonsumsi ikan air tawar. Setelah harga daging meningkat drastis. Ia memperkirakan peningkatan konsumsi ikan terjadi antara lima hingga sepuluh persen. "Daripada tidak ada asupan protein jadi lebih baik memilih protein alternatif. Seperti ikan mas, nila atau gurame. Selain itu juga berdampak kepada penjualan para pedagang," ujar Diar di Soreang, Rabu (17/7/2013).
Harga ikan air tawar, yang biasa dikonsumsi masyarakat saat ini mengalami kenaikan. Ikan mas dari sebelumnya Rp 22.000 menjadi Rp 24.000 per kg. Ikan nila sebelumnya Rp 18.000 menjadi Rp 20.000 per kg. Sedangkan ikan lele dari Rp 14.000 menjadi Rp 18.000 per kg. "Kenaikannya karena selain faktor bulan puasa juga dipengaruhi biaya transportasi yang naik. Walau begitu pasokannya tetap lancar," katanya.
Ketua I Asosiasi Pedagang Pasar Soreang (APPS), Maman Hidayat menjelaskan, dari tujuh pedagang ikan di pasar Soreang biasanya pada hari biasa menjual ikan mas antara empat sampai delapan kuintal. Sebelum bulan puasa hingga saat ini ada kenaikan penjualan antara 20 sampai 30 persen. "Kenaikan harga daging sapi memang berpengaruh ke penjualan ikan. Jadi banyak warga yang pindah mengkonsumsi ikan. Daripada mahal-mahal harus beli ikan," kata Maman.
Belum adanya kepastian pasokan daging sapi di sejumlah pasar di wilayah Jakarta Selatan, membuat harga daging sapi melonjak hingga mencapai Rp 120.000 per kilogram. Dampak lainnya, para pedagang juga menjadi enggan berjualan karena modal usaha yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan H Agus (51), penjual daging sapi los 47-48 lantai dua Pasar Blok A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dikatakannya, upaya pemerintah dalam menyeimbangkan harga daging lewat pasokan impor sangat bagus. Tapi, tanpa adanya kepastian mengenai distribusi pasokan tersebut membuat sejumlah pedagang enggan berjualan. Akibatnya harga daging sapi makin mahal di pasaran. "Bagus, tapi lihat saja hasilnya, banyak pedagang yang mikir dua kali jualan hari ini (Rabu, 17/7). Kebanyakan pedagang nahan belanja modal untuk nunggu pasokan benar-benar masuk yang harganya lebih murah," jelasnya.
Lebih lanjut katanya, harga daging sapi yang semula seharga Rp 95.000 per kilogram naik menjadi Rp 120.000 per kilogram, jeroan sapi seperti hati semula Rp 50.000 naik menjadi Rp 55.000 per kilogramnya, dan usus, babat, lidah yang semula seharga Rp 35.000 naik menjadi Rp 40.000 per kilogramnya. "Harga daging memang sudah biasa naik tiap tahun waktu bulan puasa. Tapi kalau sampai Rp 120.000 per kilonya bisa-bisa gak ada lagi yang belanja. Ujung-ujungnya pedagang lagi yang susah," jelasnya.- Tribun -