Korupsi tidak hanya terjadi di Indonesia, banyak negara masih berjuang melawan korupsi. Ada banyak cara yang dilakukan untuk melawan korupsi, salah satunya dengan menetapkan tanggal 9 Desember sebagai hari antikorupsi sedunia.
Peringatan yang dimulai pada 2003 ini, bertujuan meningkatkan kesadara publik atas bahaya korupsi sekaligus mengajak masyarakat melawannya. Seperti apa cara yang dilakukan KPK untuk mengajak masyarakat melawan korupsi dalam peringatan hari antikorupsi sedunia ini?
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia.
Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, lembaga sosial yang konsen pada gerakan antikorupsi turut menyambut Hari Anti Korupsi (HAK) yang jatuh pada 9 Desember mendatang.
Direktur Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah, mengatakan, Kopel Indonesia berencana mengumpulkan relawan gerakan anti korupsi di Malino, Sulawesi Selatan. Di kawasan pegunungan berudara sejuk itu, mereka akan mendapatkan materi pembekalan khusus teknik investigasi kasus korupsi dan cara mengadvokasinya.
Kegiatan ini, kata Syamsuddin akan dilaksanakan pada 14-18 Desember mendatang. "Mereka akan latihan khusus untuk peningkatan kapasitas dalam mengadvokasi kasus-kasus korupsi di tanah air," ujar Syamsuddin kepada Republika, Jumat (6/12).
Kegiatan ini akan dimulai dengan acara Kemah Anggaran yang melibatkan 250 orang relawan. Mereka berasal dari Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan. Dari 250 peserta tersebut, nantinya akan terpilih 30 orang yang akan mengikuti pelatihan teknik investigasi. Ke-30 orang terpilih inilah, kata Syamsuddin, nantinya diharapkan bisa menjadi relawan yang bisa membantu pihak-pihak berwenang untuk membongkar kejahatan korupsi.
Syamsuddin menjelaskan, perilaku kejahatan korupsi sekarang ini sudah semakin canggih. Pelakunya juga meluas sehingga membutuhkan gerakan yang lebih massif dan terkonsolidasi untuk melawannya. "Kita harus terus meng-upgrade kapasitas teman-teman relawan agar bisa membongkar kejahatan korupsi," kata dia.
Lebih jauh Syamsuddin menjelaskan, selama pelatihan di Malino, peserta akan mendapatkan materi seputar kejahatan korupsi dan langkah-langkah investigasinya, dari pemateri yang handal. Dalam kegiatan ini juga akan ada simulasi bedah kasus korupsi, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan yang saat ini sedang berjalan.
"Kita berharap selepas dari Malino, para relawan langsung bergerak di lapangan untuk melakukan pemantauan atas proyek-proyek yang sarat dengan korupsi tersebut," jelasnya. Kegiatan semacam ini, kata Syamsuddin tidak hanya di lakukan di Malino, Sulsel. Pada 26 hingga 28 Desember, kegiatan serupa juga akan dilaksanakan Kopel di Jakarta.