Masyarakat Tionghoa merayakan tahun baru Imlek. Persiapan di sejumlah tempat terutama tempat ibadah umat Konghucu penuh Warna merah sebagai simbol terlihat dimana-mana. Imlek bagi warga Tionghoa merupakan hari yang ditunggu. Berbagai harapan dituangkan pada pergantian tahun baru Imlek 2567. Tahun ini sesuai shio maka akan berganti menjadi tahun monyet tepatnya monyet api.
Perayaan Imlek di Indonesia semakin tahun semakin semarak. Hal ini setalah ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden No 19/tahun 2002. Dan ini semakin dikuatkan dengan dirayakan sebagai hari libur nasional sejak tahun 2003. Era keterbukaan ini membuat semarak perayaan Imlek semakin terasa. Jika dulu hanya diisi dengan sembahyang di Kelenteng atau Vihara, kini mulai ada pesta kembang api maupun perayaan lainnya yang bahkan bisa disaksikan masyarakat umum.
Tonggak sejarah ini sendiri dimulai saat Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Presiden yang akrab disapa denga Gus Dur ini membebaskan warga Tionghoa untuk beribadah serta mengekploitasi kebudayaan mereka. Satu diantaranya adalah kesenian mereka yang cukup akrab yakni Barongsai. Kini atraksi barongsai ini bisa ditemui di berbagai tempat dan mulai terang-terangan dirayakan.
Pada zaman kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek kemudian disematkan sebagai hari libur nasional sama dengan tahun baru lainnya. Pada perayaan Imlek kali ini bukan soal kemeriahan atau pestanya justru umat Konghucu merayakan sesederhana mungkin dan mengajak untuk saling berbagi terhadap yang membutuhkan. Di era saat ini yang semakin terjepit dan belum pulihnya perekonomian Indonesia, rasanya tepat anjuran tersebut. Bukan berarti mengekang untuk melakukan euforia tahun baru, namun alangkah lebih baik dijadikan momen instropeksi diri saling berbagi untuk memajukan negeri ini lebih baik ke depan.