Kabar rencana pernikahan Panglima Burung dengan Sri Baruno Prameswari yang disebut-sebut sebagai titisan Nyi Roro Kidul di Desa Telok, Kecamatan Katingan, Panglima Burung dengan Sri Baruno Prameswari Tengah menghebohkan media sosial. Pernikahan Panglima Burung dengan titisan penguasa laut pantai selatan itu disebut-sebut akan dihelat secara gaib.
Kapolres Katingan AKBP Tato Pamungkas membenarkan adanya rencana upacara sakral tersebut. Polisi telah mengecek ke lokasi, setelah mendengar kabar yang awalnya beredar di media sosial itu. Awalnya, ada salah satu Damang Kepala Adat Kecamatan Katingan Tengah Isay Djudae didatangi wanita bernama Retno yang mengaku utusan perempuan yang mengatasnamakan Sri Baruno Prameswari, titisan Nyi Roro Kidul.
Kepada Isay, Retno mengatakan bahwa ia diminta oleh Sri Baruno Prameswari untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Panglima Burung secara adat ritual Suku Dayak. Retno juga meninggalkan uang sebesar Rp 16 juta untuk biaya persiapan ritual gaib tersebut. Setelah mendatangi Damang di sana, ternyata memang pernikahan itu ada dan akan digelar tanggal 28 Februari 2017.
Soal pernikahan gaib itu, Tato enggan berkomentar lebih banyak. Sebab, menurutnya, hal itu merupakan adat budaya setempat. "Soal bagaimana pernikahan gaib itu, saya tidak kompeten untuk menjelaskan, silakan tanyakan ke Dewan Adat Dayak (DAD)," imbuhnya.
#Lihat pula : Profil Sri Baruno Prameswari - Titisan Nyi Roro Kidul
Masyarakat Desa Telok, Kecamatan Katingan Tengah, Katingan, Kalteng, tengah mempersiapkan pernikahan Panglima Burung dengan Sri Baruno Prameswati, yang disebut-sebut titisan Nyi Roro Kidul. Sebelum menikahi Panglima Burung, yang merupakan legenda kepercayaan masyarakat Dayak, konon Sri Baruno juga menerima lamaran dari tujuh Panglima Dayak.
Rencananya, pernikahan itu akan dihelat secara adat Dayak pada tanggal 28 Februari nanti. Kabar rencana pernikahan itu telah santer di kalangan masyarakat suku Dayak. Retno semula mendatangi rumah Damang tersebut pada 12 Februari sekitar pukul 16.00 WIB. Kepada Damang, Retno mengatakan pernikahan itu harus dilangsungkan secara ritual adat Dayak.
Kemudian Ibu Retno memberikan uang Rp 16 juta kepada Damang dan mengatakan dirinya akan kembali lagi beberapa hari kemudian. Retno kembali ke rumah Damang pada tanggal 19 Februari untuk memastikan tempat pelaksanaan pernikahan tersebut. Damang selanjutnya mengundang mantir adat Desa Telok, Desa Mirah Kalanaman, dan Desa Tumbang Manggu untuk melakukan tenung (ritual adat Dayak untuk menanyakan kepada roh) terkait rencana pernikahan tersebut.
Setelah itu, tanggal 21 Februari, Retno kembali ke lokasi dan menyerahkan uang total Rp 80 juta untuk persiapan pernikahan tersebut. Pada awalnya Damang mengira Ibu Retno ini cuma main-main. Akan tetapi, dengan adanya uang yang diberikan kepada dirinya, ia mulai mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kelangsungan acara pernikahan ritual adat tersebut.