Satu korban tewas akibat kerusuhan suporter di Solo - Satu korban laki-laki yang belum diketahui identitasnya tewas di rumah sakit, akibat kerusuhan suporter saat pertandingan delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia antara Persis Solo melawan Martapura, Rabu. Korban tersebut mengenakan kaos warna merah bertulisan Persis dengan celana jins warna biru saat dibawa ke Rumah Sakit Panti Waluyo Solo, sudah tidak tertolong jiwanya akibat mengalami luka di dada sebelah kanannya.
Menurut dokter jaga IGD Panti Waluyo Solo, Sapto, ada satu korban meninggal dunia yang dibawa di rumah sakit ini, ciri-ciri mengenakan kaos merah dan celana jins warna biru. "Saya minta maaf tidak berhak mengidentifikasi korban, dan harus dari pihak Forensif RS Morwardi. Saya hanya bisa memberitahu seorang laki-laki itu, katanya suporter sepak bola dan sudah meninggal dunia," kata Sapto.
Berdasarkan informasi, seorang laki-laki usia antara 30 hingga 40 tahun itu, di kantong celananya hanya ditemukan uang Rp3.000 dan sebuah kunci kontak sepeda motor. Kepala Polresta Surakarta Kombes Pol Iriansyah yang ikut memimpin mengamankan di lapangan, mengatakan kerusuhan terjadi akibat para penonton tidak puas dengan hasil pertandingan antara Persis melawan Martapura di Stadion Manahan Solo. Penonton memang kesal dengan kepemimpinan wasit, sehingga mereka nekat menerobos melempari wasit dan pemain. Aparat keamanan berhasil menghadang dan menetralisir penonton di lapangan.
Menurut Kapolres, akibat kerusuhan tersebut beberapa anggotanya mengalami luka-luka akibat lemparan batu dari penonton, dan ada satu korban dari penonton yang dibawa ke rumah sakit, dan diduga akibat diinjak-dinjak massa hingga meninggal. Namun, pihaknya akan melakukan penyelidikan penyebab meninggalnya korban tersebut. Selain itu, kata dia, akibat kerusuhan suporter sepak bola tersebut satu bus pariwisata rusak dan kacanya pecah, dua kendaraan Dalmas pecah kaca depan, satu mobil unit lalu lintas, sepeda motor jenis Tril KLX milik Shabara dibakar massa.
Bahkan, sebuah mobil sedan milik pengunjung juga terkena sasaran lemparan batu oleh penonton saat diparkir di depan pintu masuk stadion. Kendati demikian, Kapolresta menjelaskan pihaknya hingga sekarang sudah menetralisir, dan kondisi sudah aman. Petugas hingga kini terus melakukan patroli di jalan-jalan, dan suporter sudah dibubarkan semuanya. © ANTARA
Sebelumnya Arema Cronus gagal memenuhi ambisinya untuk mencuri poin di kandang Persipura. Pada laga putaran kedua delapan besar ISL 2014 di Stadion Mandala, Jayapura, Selasa (21/10), Arema takluk 1-2 ditangan Persipura. Sayang laga itu tercoreng dengan aksi baku pukul antara Dendi Santoso (Arema) dan Ruben Sanadi (Persipura) yang menjadi pemicu terjadinya kerusuhan massal. Insiden kerusuhan massal yang terjadi lima menit sebelum laga usai itulah yang mengubur 'mimpi' Arema. Pasalnya bila tidak terjadi kerusuhan, kemungkinan laga akan berakhir imbang 1-1. Namun setelah kericuhan itu, situasi justru berubah, sehingga Persipura mampu membuat gol kemenangan melalui kaki Robertino Pugliara.
Pelatih Arema Suharno sangat menyayangkan terjadinya aksi keributan tersebut. Namun ia tidak setuju bila dikatakan insiden itu menjadi penyebab kegagalan timnya meraih poin. Menurutnya, hal-hal seperti ini sudah lumrah terjadi, meski ia sangat menyayangkan insiden itu terjadi di laga ini. "Kami kalah memang karena pemain kurang konsentrasi di menit-menit akhir. Memang sangat disayangkan insiden seperti itu bisa terjadi. Namun dengan tensi pertandingan yang tinggi seperti tadi, pemain mudah terpancing emosinya," ungkapnya. Menurut Suharno, dalam pertandingan sepak bola, memang, kalah, dan seri itu adalah hal yang biasa. Hanya ia menyayangkan insiden seperti itu kembali terulang lagi. "Seharusnya tidak usah pakai ribut bila semua bisa dewasa menyikapi apa yang terjadi di lapangan. Toh nanti yang rugi kita-kita juga," tukasnya.