Saatnya menyambut perayaan tahun baru Cina atau Imlek 2015. Pada perayaan tahun ini, Anda tentu akan banyak menemukan ornamen atau hiasan berbentuk kambing. Itu karena tahun ini merupakan tahun kambing menurut kalender Cina.
Apa makna tahun kambing pada Imlek kali ini? Ahli fengshui dan grafologi Indonesia, Ferry Wong mengatakan tahun kambing akan dimulai pada 19 Februari 2015 mendatang.
Menurut dia, kambing diasosiasikan dengan kasih sayang dan rasa berbakti serta sifat-sifat penting yang diagungkan oleh cendekiawan masa lalu.
"Tapi sayang, nilai-nilai ini kini tak dianggap baik. Kambing merupakan satu dari 12 binatang dalam sistem kalender Cina yang sering dianggap buruk," kata Ferry kepada Tempo, Senin 16 Februari 2015.
Ferry menjelaskan, banyak orang yang beranggapan anak yang lahir di tahun kambing akan memiliki karakteristik seperti binatang itu. "Anak kelahiran tahun kambing biasanya jinak dan ditakdirkan untuk menjadi pengikut bukan pemimpin," kata Ferry.
Tidak bisa menjadi pemimpin, Ferry berujar, tapi bisa menjadi orang yang sukses. Terbukti, beberapa pesohor yang lahir dengan shio kambing tapi memiliki prestasi yang gemilang. Di antaranya, Bill Gates, Steve Jobs, Mark Twain, Jay Chou dan Zhang Ziyi.
"Setiap tahun memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kambing dinilai memiliki nasib yang terbilang buruk. Satu kepercayaan mengatakan bahwa hanya satu dari 10 orang yang lahir di tahun kambing yang menemukan kebahagiaan," Ferry menuturkan.
Ferry menambahkan, banyak pula yang meyakini kalau anak kelahiran shio kambing bisa memicu perceraian orang tuanya. Menurut dia, masing-masing shio punya kelebihan dan kekurangan. "Jika kambing disebut shio kurang beruntung, maka shio naga, kuda dan harimau dianggap sebagai shio paling beruntung," ujarnya.
Gong Xi Fa Cai (kemakmuran dan kesejahetraan bersama) pekan ini meluncur sebagai hiasan bibir di masyarakat Indonesia. Menurut budaya masyarakat di dataran China, Imlek sebagai tanda dimulainya musim semi yang disertai hujan. Peristiwa alam yang jatuh pada bulan Januari-Pebruari itu menjadi tanda bagi petani untuk memulai bercocok tanam.
Dalam perkembangan budaya masyarakat etnis Tionghoa peritiwa itu dijadikan awal tahun baru yang kita kenal sebagai Imlek. Sebagai tradisi penting, datangnya Imlek disambut dan dirayakan setiap tahun oleh masyarakat etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Konon, ada kepecayaan yang hidup dan berkembang di masyatrakat etnisTionghoa bahwa pergantian–datangnya—tahun baru bukan sekedar pergantian kalender, pesta, kegiatan seni budaya dan ritual. Lebih dari itu, Imlek yang juga disebut Sincia sebagai perjalanan roh manusia melalui demensi fisik.
Kini, masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia sudah bisa menyambut dan merayakan datangnya tahun baru Imlek secara terbuka, tidak lagi hanya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga. Pintu itu sudah dibuka lebar melalui Kepres No 6/2000 oleh Presiden KH AbdurahmanWahid.
Goodwill dan political will pemerintah itu sudah selayaknya disambut baik masyarakat etnis Tionghoa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk. Sambutan yang baik yang diberikan seyogyanya tidak bersifat ekskulusif, tapi terbuka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan kita bersama. Gong Xi Fa Cai…!***