Saat ini Bekasi terkenal karena sedang di-bully di media sosial. Banyak yang mengatakan Bekasi jauh di luar planet Bumi, hingga dekat dengan matahari. Padahal banyak peristiwa bersejarah di sana.
Pada tahun 1948, maestro penyair modern Indonesia, Chairil Anwar, telah memperkenalkan Bekasi dengan perjuangan merebut kemerdekaan di tanahnya. Perjuangan itu dituang dalam salah satu puisinya yang berjudul, 'Karawang-Bekasi'.
Mungkin kita sudah lupa dengan puisi-puisi perjuangan yang ditulis oleh Chairil Anwar. Salah satunya puisi yang berjudul Karawang-Bekasi. Puisi ini memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat sekitar Karawang sampai Bekasi.
Puisi tersebut merupakan bukti nyata bagaimana beratnya perjuangan para pejuang dan pedihnya kesedihan yang dirasakan oleh para anggota keluarga yang ditinggalkan oleh pejuang-pejuang yang berusaha merebut Karawang-Bekasi dari tentara NICA Belanda.
Pada 9 Desember 1947, dalam agresi militer Belanda I yang dilancarkan mulai 21 Juli 1947, tentara Belanda membantai 431 penduduk Desa Rawagede, yang terletak di antara Karawang dan Bekasi, Jawa Barat. Selain itu, ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang, dan antara Karawang dan Bekasi timbul pertempuran, yang juga mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa di kalangan rakyat.
Pada 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan lagi di Rawagede, dan kali ini 35 orang penduduk dibunuh. Diperkirakan korban pembantaian lebih dari 431 jiwa, karena banyak yang hanyut dibawa sungai yang banjir karena hujan deras.
Peristiwa tersebut yang kemudian menginspirasi sang maestro membuat puisi Karawang-Bekasi. Dalam puisinya, Chairil Anwar seperti menggambarkan kepada kita bahwa para pahlawan yang dimakamkan sepanjang jarak Karawang-Bekasi sudah tidak dapat berteriak lagi, tetapi mereka merasa yakin bahwa tidak ada yang lupa terhadap deru semangat saat mereka maju ke medan perang walaupun mereka telah tidur panjang.
Para pejuang Karawang-Bekasi selalu berharap agar keberadaan mereka tetap dikenang sebagai sosok yang tiada pernah berhenti berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Semangat kepahlawanan mereka tidak pernah padam. Meskipun mereka telah terbaring dalam pemakaman sepanjang jarak antara Karawang-Bekasi, tetapi mereka tetap memberikan semangat perjuangan yang tidak ada habisnya.
Inilah pengharapan tak berbatas yang sepertinya ingin mereka katakan. Walaupun sebenarnya, mereka telah menjadi tulang belulang yang berserakan antara Karawang-Bekasi.
Saat ini, di lokasi terjadinya pembantaian penduduk Rawagede, berdiri sebuah monumen peringatan. Monumen ini berada di pinggir jalan sebelah utara, Dusun Rawagede, Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta.
Bangunan monumen ini diresmikan pada 12 Juli 1996 dan terdiri dari dua lantai. Pada ruang lantai bawah terdapat diorama peristiwa pembantaian warga oleh tentara Belanda. Dinding luar bagian bawah dihias relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan rakyat Karawang. Khusus panil bagian belakang relief menggambarkan perjuangan rakyat Karawang di daerah Rawagede saat mempertaruhkan nyawa demi tegaknya kemerdekaan.
Di lantai atas terdapat patung perunggu yang menggambarkan seorang ibu yang dipangkuannya terkulai tubuh suami dan anaknya yang tewas ditembak. Di belakang panil tersebut terdapat stela yang diisi penggalan puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar.
Bangunan monumen melambangkan proklamasi kemerdekaan RI. Anak tangga menuju lantai atas berjumlah 17 melambangkan tanggal 17. Denah bangunan lantai dasarbersegi delapan melambangkan bulan delapan. Bagian puncak berbentuk piramid yang terbagi empat setinggi 5 m melambangkan tahun 1945. - Merdeka