Pada hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015 pekan lalu, Fandi Indrajaya menghadapi ketakutan terbesar dalam hidupnya. Rupanya hari itu adalah hari dimana terjadi pembunuhan kakaknya yang bernama Eka Mayasari. Pemuda berusia 18 tahun itu melihat sosok sang kakak ditemukan tewas dalam kondisi penuh luka lebam. Jenazah Eka Mayasari ditemukan di kosnya yang berada di desa Karangjambe, Janti, Banguntapan, Bantul.
Dengan kondisi yang cukup mengenaskan, diduga kuat bahwa korban dibunuh. Dengan segera, Fandi langsung melaporkan kejadian itu ke Andriyanto, sang pemilik kos dan ke kepolisian setempat. Saat kasus pembunuhan Eka diketahui publik, banyak orang yang penasaran dengan sosok perempuan cantik berusia 27 tahun itu.
Terungkap bahwa Eka Mayasari adalah seorang mualaf yang namanya tercantum di Mualaf Center Indonesia (MCI) di Yogyakarta. MCI sendiri adalah sebuah lembaga pendamping mereka yang baru saja memeluk agama Islam. “Ya benar, Eka memang mualaf. Tapi dia nggak aktif banget di MCI, cuma namanya memang tercantum di lembaga kami. Sesaat setelah mendengar kabar tewasnya Eka, tim MCI langsung ke rumah kosnya di Karang jambe. Korban ditemukan tewas, luka lebam dan ditutupi sajadah.” cerita Sekjen MCI, Muhammad Amrulla Mustafid, Senin (4/5/2015).
Berbicara mengenai Eka Mayasari yang berpindah agama Islam, rupanya itu semua berkat campur tangan Hamka Darwis. Hamka Darwis adalah sebuah organisasi masyarakat yang memiliki hubungan dengan salah satu partai politik. Dan atas bimbingan Dewan Syuro Hamka Darwis itulah, Eka akhirnya masuk Islam dan menjadi mualaf.
Segera setelah ditemukan tewas, jenazah Eka akhirnya dikebumikan di TKP Pedak, Karangbendo, Banguntapan. Beberapa barang milik korban yang merupakan alumnus D3 jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hilang. Yaitu telepon selular Blackberry, Samsung, uang, kartu ATM dan buku tabungan bank. “Sementara itu yang diketahui raib,” kata Noviyanto, kakak Maya, panggilan akrab Eka, Minggu (3/5/2015).
Polisi penyidik datang ke kios yang disewa Maya di Jalan Janti, Banguntapan Bantul untuk memeriksa kamar korban, Minggu sore, 3 Mei 2015. Polisi juga mengamankan sebuah telepon selular milik korban bermerek Nokia. Eka Mayasari merupakan anak nomor dua dari tiga bersaudara. Perempuan cantik itu sangat rajin dan berjualan makanan atau minuman ala angkringan di kios yang juga dimanfaatkan untuk kamar tidur di sisi utaranya. Menurut Resi Prabowo, 31 tahun, teman korban, Maya suka kuliner.
Ia mempunyai usaha dengan membuka warung angkringan di kios yang ia sewa oper kontrak. “Dia suka kuliner,” kata dia. Bahkan, dari hasil usahanya dan keluarga di Yogyakarta bisa membeli sebidang tanah di Bantul. Rencananya, lahan itu akan dibuat rumah. Eka Mayasari dikuburkan di Pedak, rt 14 rw 6. Karang Bendo, Banguntapan, Bantul pukul 14.00 WIB. Sebelumnya ia disembahyangkan di Masjid Annur. Maya diketahui juga sering mengajar di Taman Pendidikan Alquran di masjid itu.