Tujuh tokoh dari Indonesia dikabarkan laman berita israelhayom.com berkunjung secara diam-diam ke Israel. Di antara ketujuh tokoh Indonesia itu yang paling popular tampak Tantowi Yahya, anggota komisi I DPR RI. "Sebuah organisasi Yahudi Australia pro-Zionis memfasilitasi kunjungan rombongan ke Israel," tulis israelhayom.com. Dalam tulisan itu disebut kunjungan ketujuh tokoh itu untuk berkunjung ke kantor parlemen Israel Knesset. Mereka bertemu dengan beberapa anggota parlemen Israel. "Delegasi dari Indonesia itu dipimpin anggota parlemen Tantowi Yahya," tulis israelhayom.com.
Menurut laman itu, ini merupakan kunjungan pertama delegasi dari negara Asia Tenggara yang bertemu dengan parlemen Israel. "Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar dan tak punya hubungan diplomatik dengan Israel," ungkap israelhayom.com. Seperti diketahui, Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Kebijakan itu ditempuh Indonesia lantaran menghormati negara Palestina dan tidak mengakui keberadaan Negara Zionis tersebut. Akan tetapi, anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya secara diam-diam bertemu dengan anggota Parlemen Israel Knesset di Tel Aviv.
Kabar itu terbongkar setelah media setempat, Israelhayom.com, Selasa (11/6), mengumumkan pertemuan rahasia tersebut. Kunjungan dilakukan pekan lalu. Bukti kunjungan itu bisa didapatkan dari foto yang beredar dengan latar belakang kantor anggota parlemen Israel. Kunjungan politikus Partai Golkar itu difasilitasi organisasi pro-Zionis Yahudi Australia yang menyediakan akses perjalanan ke negeri pimpinan Benjamin Netanyahu itu. Kelompok Yahudi Australia itu selalu berusaha mempertahankan hubungan persahabatan dengan Knesset Speaker Yuli Edelstein dari Partai Likud yang bertugas mengurusi diplomasi publik.
Sangat mungkin, kunjungan mantan presenter televisi ke Israel itu bakal menyulut kemarahan rakyat Indonesia. Pasalnya, kunjungan itu sama saja dengan bentuk pengakuan atas eksistensi Israel yang berdiri dengan mengusir rakyat Palestina. Anggota DPR fraksi Golkar Tantowi Yahya mengaku diundang Australian-Jewish Association berkunjung ke Israel selama 4 hari. Tantowi mengungkapkan, ia dan lima orang lain dari media, perguruan tinggi, dan lembaga think tank diundang untuk dipertemukan dengan petinggi Israel. "Kami bertemu parlemen, pemerintahan, kampus, dan media di sana," ujarnya dalam pesan singkat kepada Republika, Senin (11/6).
Tantowi mengatakan rombongan Indonesia diundang untuk mengetahui proses perdamaian dengan Palestina yang sekarang sedang berlangsung. Anggota komisi I DPR ini menyimpulkan dari dialog yang terjadi, Israel belum berlaku adil terhadap Palestina. "Mana ada perdamaian tanpa keadilan," katanya. Narasumber dari Israel, ujar Tantowi juga khawatir jika Arab Spring akan terus berlanjut di Timur Tengah. Pihak Israel khawatir revolusi Arab akan melanda negara seperti Yordania. "Acara selama 4 hari diisi dengan seminar dan dialog," katanya.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin mengatakan kunjungan Tantowi Yahya ke Israel tidak diketahui komisi. Dipastikannya, tidak ada dalam agenda komisi I melakukan kunjungan ke Israel. "Tapi harus dicek dulu kepada yang bersangkutan," ucapnya, Selasa (11/6). Sementara itu, Tantowi mengakui memang melakukan kunjungan ke Israel pekan lalu. Kunjungan tersebut menurutnya untuk mengetahui proses perdamaian dengan Palestina yang tengah berlangsung. Dalam kunjungan tersebut, menurut Tantowi, dia dan rombongan dipertemukan dengan petinggi Israel.
Dalam berbagai dialog dengan beberapa kalangan di Israel, lanjutnya, dapat disimpulkan Israel belum berlaku adil terhadap Palestina. "Mana ada perdamaian tanpa keadilan. Kami mendapatkan kesan bahwa ada kekhawatiran di Israel kalau Arab Spring akan terus berlanjut dan berikutnya akan melanda negara seperti Jordania," ungkap politisi Partai Golkar tersebut. Ia menganggap kunjungan tersebut sebagai tambahan informasi baginya. Serta Komisi I DPR yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke Palestina pada 2010 dan 2013 lalu.
Anggota Komisi IX DPR RI sekaligus politisi dari Fraksi Golkar, Poempida Hidayatulloh, menyatakan kepergian anggota komisi I DPR RI Tantowi Yahya ke Israel bukan untuk mewakili Partai Golkar. "Tidak mungkin Golkar mengirim utusan ke Israel sebab Indonesia tidak mengakui adanya negara Israel, apalagi Golkar," katanya di Jakarta, Selasa, (11/6). Golkar, sebagai partai tentu saja harus mengikuti ketentuan negaranya. Kalau Indonesia tidak mau mengakui Israel, Golkar pasti mengikutinya. "Paspor orang Indonesia itu tidak bisa masuk Israel, tidak diterima di sana," katanya.
Kalau Tantowi mewakili DPR ke Israel sepertinya juga tidak mungkin. "DPR juga tidak memiliki kerja sama dengan Israel," ujar Poempida. Memang, ujar Poempida, Tantowi menjadi salah satu anggota Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP). Badan tersebut memang menjalin kerja sama dengan parlemen luar negeri. Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan dengan Israel karena negara itu melakukan penjajahan terhadap Palestina, namun namanya politik luar negeri tidak bisa dibatasi ada tidaknya hubungan diplomatik. "Untuk lebih jelasnya bisa diminta ke pihak yang bersangkutan," ujar Poempida.
Berita kunjungan anggota DPR, Tantowi Yahya, dan sejumlah orang Indonesia ke Israel menuai beragam tanggapan. Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), Ferry Nur, menyayangkan kunjungan delegasi Indonesia tersebut. Ferry menilai, anggota DPR tersebut telah memberikan contoh buruk terhadap kepatuhan hukum di Indonesia. Sebagai pejabat publik, Ferry mengingatkan seharusnya anggota DPR bisa memberikan keteladanan yang baik bagaimana hukum di Indonesia dipatuhi. Ferry juga meminta Badan Kehormatan (BK) DPR untuk mengusut anggota DPR yang melakukan kunjungan ke Israel.
Ferry mengaku untuk masuk ke Israel bagi warga Indonesia tidak mudah. Dia menceritakan bagaimana saat ditangkap pihak Israel kala ikut rombongan kapal kemanusiaan Mavi Marmara. Khusus negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik, Israel tidak memberikan cap ke paspor dan langsung mendeportasi. Kunjungan secara diam-diam anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya dan rombongan sejumlah tokoh dari Indonesia ke gedung Parlemen Israel Knesset sangat mengejutkan. Apalagi, dari foto terlihat, delegasi Indonesia sangat akrab dengan pejabat negeri Zionis itu. Kenyataan itu menimbulkan banyak pertanyaan bagi publik.
Kondisi berbeda pernah diterima perwakilan resmi Pemerintah Indonesia. Marty Natalegawa bersama menlu dari 12 negara lain pernah berencana berkunjung ke Ramallah, Palestina, pada Ahad-Senin, 5-6 Agustus 2012. Marty dijadwalkan menghadiri pertemuan tingkat menteri Gerakan Non Blok (GNB) tentang Palestina. Sayangnya, pihak Israel yang memiliki otoritas tidak mengizinkan mantan duta besar RI untuk PBB itu. Alhasil, pertemuan pertemuan GNB dibatalkan karena lima menteri luar negeri dari 13 negara yang akan mengikuti pertemuan tersebut ditolak masuk ke Ramallah.
Lima menlu yang ditolak masuk ke Ramallah tersebut, yaitu berasal dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kuba, dan Aljazair, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, sekarang, Israel dengan terbuka menerima kunjungan Tantowi Yahya. Mengapa? Politisi Partai Golkar Tantowi Yahya bersama lima teman lain dari media, perguruan tinggi dan lembaga think tank melakukan lawatan ke Israel. Lawatan tersebut sungguh tidak bisa diterima lantaran sama saja Tantowi cs mengakui eksistensi negeri Yahudi, Israel.
Mungkin Tantowi perlu menengok sejarah ke belakang terkait sikap Indonesia yang tidak pernah menganggap keberadaan Israel. Ketika itu sang proklamator, Soekarno masih menjadi presiden Republik Indonesia (RI). Pada 1962 silam, dalam sebuah kesempatan pidato, Bung Karno dengan tegas mendukung perjuangan rakyat Palestina merebut tanah jajahannya dari tangan Israel. "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," kata Bung Karno berapi-api.
Meski berkali-kali dirayu, presiden pertama RI itu sangat kukuh menolak mengakui berdirinya negara Israel yang diinisiasi Inggris dan negara Barat dengan cara mengusir warga Palestina. Meski berganti rejim Orde Baru, Soeharto secara resmi juga menegaskan Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Sayangnya, perjuangan pendiri bangsa Indonesia itu mungkin dilupakan oleh Tantowi dan kawan-kawan. Darah pejuang syuhada yang gugur di medan pertempuran mungkin tidak dianggap. Padahal, tidak sedikit masyarakat Indonesia menyisihkan sebagian harta, tenaga, dan waktunya untuk berkoban membantu kemerdekaan Palestina.
Mengedepankan alasan berkunjung ke Israel atas undangan Australian-Jewish Association, Tantowi tidak menganggap realitas itu sebagai empati untuk tidak menginjakkan kaki di Israel. Tidak seperti Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang dilarang masuk Ramallah oleh Israel, mantan presenter televisi itu malah disambut hangat Juru Bicara Parlemen Israel Knesset Yuli Edelstein. "Dalam kunjungan tersebut kami dipertemukan dengan petinggi Israel dari mulai parlemen, pemerintahan, kalangan kampus, media, dan masyarakat biasa," kata anggota Komisi I DPR RI itu, Selasa (11/6).
Tantowi melakukan kunjungan ke negeri Zionis itu selama empat hari pada pekan lalu. Menurut Tantowi, kedatangannya dimaksudkan untuk mengetahui proses perdamaian antara Israel dan Palestina yang sedang berlangsung. Dalam berbagai dialog dengann narasumber di Israel, pihaknya menyimpulkan bahwa negeri pimpinan Shimon Peres itu belum berlaku adil terhadap Palestina. "Mana ada perdamaian tanpa keadilan?" ujar Tantowi. - republika.co.id - Apakah dengan alasan kedatangannya tersebut, Sosok Tantowi cukup berkompeten dalam menciptakan Keadilan dan Perdamaian disana?