
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta sebagai penerus kerajaan Mataram, Kanjeng Pangeran (KP) Winarno Kusumo, menjelaskan, Rabu (7/10/2015), ketika Sultan Agung menciptakan kalender Jawa didasarkan pada perhitungan gabungan antara tahun Hijriah dengan tahun Masehi. Berdasarkan hasil perhitungan itu, Sultan Agung membuat siklus tahun menjadi delapan, sehingga nama tahun selalu berulang setiap delapan tahun sekali yang disebut sewindu.
Perhitungan tahun Jawa tersebut namun lebih dekat dengan tahun Hijriah, menjadikan tahun baru Jawa dan Hijriah sering bersamaan. Tetapi tahun baru Jawa tanggal 1 Suro 1949 Jimawal tidak bersamaan dengan 1 Muharam 1437 Hijriah disebabkan selisih waktu tersebut. Dalam tradisi adat prosesi kirab pusaka menyambut 1 Suro 1949, mendatang, Keraton Surakarta akan mengarak sembilan pusaka dan sembilan ekor kerbau bule Kyai Slamet.
Kirab yang sejak tahun lalu tidak dilepas Sunan Paku Buwono XIII karena alasan sakit, pada tahun ini juga akan dilepas pelaksana tugas Sunan, KGPH Poeger, dengan rute kirab selepas dari keraton melintas Alun-alun Utara, perempatan Gladag, perempatan Baturono, perempatan Gemblegan, perempatan Nonongan dan kembali ke keraton.