Raden Ajrng Kartini, Pahlawan nasional asal Jepara tersebut meninggal pada 17 September 1904, di usia yang masih sangat muda yaitu 25 tahun. Sedikit informasi untuk sekedar mengingatkan kembali momentum wafatnya Kartini. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904, pada saat masih berusia 25 tahun. Kematiannya hanya berselang empat hari setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Anak itu lahir dari perkawinan Kartini dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat yang sebenarnya telah memiliki tiga istri. Proses persalinan susalit tidak ada masalah. Badan sehat, tidak ada keluhan, namun pada minggu selanjutnya ketika DR itu datang, tiba-tiba perutnya sakit dan meninggal dunia. Ada apa gerangan dengan Kartini?
RA Kartini meninggal karena mengalami komplikasi saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Salah satu pemicunya adalah preeklamsia, yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil di samping infeksi dan perdarahan. Teknologi saat itu mungkin masih sangat terbatas sehingga putri bangsawan yang merayakan ulang tahun yang ke-137 pada hari ini, tidak bisa bertahan menghadapi komplikasi yang dia alami saat melahirkan. Kartini adalah pahlawan Nasional SK Presdien RI (Ir. Soekarno) No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. SK tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menunai banyak kontroversi. Banyak latar yang mempertanyakan bahwa nilai kepahlawanannya tidak lepas dari politik etis zaman Belanda.
Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda. Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
#Lihat pula : Soesalit Djojoadhiningrat Putra R A Kartini Satu-satunya